Kamis, 20 November 2008

BERKARIER DI TELEVISI, SIAPA TAKUT?


 Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) saat ini telah kebanjiran permohonan izin penyiaran. Sepanjang tahun 2007 lalu, sedikitnya telah diterima permohonan izin penyelenggaraan penyiaran (IPP) sebanyak 2205 permohonan, terdiri atas:

No Media Penyiaran     Pengajuan Izin       Keluar Izin
1            Radio                                  2020                          481
2          Televisi                                 185                             17

Ini masih ditambah lagi dengan beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah terkait dengan penyiaran. Sebut saja dengan rencana pemeberlakuan sistem televisi berjaringan, yang merupakan amanat dari UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran dan PP No. 50 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta, yang dalam Permen No. 32 tahun 2007 telah mengatur secara rinci tentang tahapan-tahapan untuk melaksanakan sistem televisi berjaringan yang harus dipatuhi pada akhir tahun 2009.
 Lebih jelas tentang televisi berjaringan, Sukemi selaku staf khusus Menkominfo dan Anggota Steering Committee dan Working Group Persiapan Implementasi Migrasi Sistem Penyiaran Televisi Analog ke Digital, menyatakan bahwa nantinya setiap stasiun TV swasta nasional harus mempunyai minimal 7 stasiun TV Lokal di setiap Propinsi, agar siarannya tidak hilang dari peredaran.  
 Sekedar informasi bahwa idealnya untuk sebuah stasiun TV lokal membutuhkan minimal 100 karyawan. Bisa dibayangkan bila di Indonesia ada sekitar 31 propinsi maka dibutuhkan kurang lebih 217 stasiun TV lokal untuk mem-backup siaran tv swasta nasional dan membutuhkan tidak kurang dari 21.700 orang karyawan lebih. 
 Yang menjadi persoalan adalah peluang kerja penyiaran ini belum didukung oleh sdm penyiaran yang kompeten. Ini dikarenakan masih minimnya informasi tentang dunia penyiaran (broadcasting), sehingga asumsi yang muncul di masyarakat, dunia penyiaran hanya milik orang-orang menengah keatas. Belum lagi dunia penyiaran belum banyak didukung oleh lembaga pendidikan broadcast yang kompeten. Dengan kata lain skill dan kompetensi sebagai seorang broadcaster masih sangat minim.
 Tidak heran bila disetiap siaran stasiun TV lokal jarang kita dapati program acara yang bisa mewakili sebuah kreatifitas, penguasaan skill dan ciri khas sebuah acara yang benar-benar layak tayang. Stasiun TV lokal terkesan hanya menjadi penjiplak acara dari stasiun tv nasional yang notabene banyak di Jakarta. Hal ini tidak lain karena sdm-sdm yang sekarang banyak berkarir di stasiun tv lokal hanya berbekal kemampuan seadanya atau boleh dibilang hanya berbekal kepercayaan diri saja. 

 Ini semua juga tidak lepas dari minimnya pendanaan yang dipunyai oleh sebuah stasiun tv lokal. Memang mayoritas iklan tv masih diserap oleh pusat Jakarta. Tapi kedepan dengan adanya tv berjaringan pembagian ”jatah kue” iklan tv akan merata. Disamping itu bila sebagai seorang broadcaster mampu membuat sebuah program acara yang layak tayang dan mampu menarik perhatian pemirsa tentu iklan akan mengalir dengan sendirinya. 

Pendidikan Broadcast  
Selama ini pendidikan broadcast yang ada hanya sebatas kulit luarnya. Pendidikan penyiaran hanya mengajarkan bagaimana menjadi talent dan sekedar ”tukang olor kabel”. Sehingga terkesan siapa yang punya uang dan relasi-lah yang bisa berkarir di dunia penyiaran. Lembaga pendidikan broadcast hanya sekedar "kedok" untuk sebuah agensi yang arahnya hanya menjual jasa keartisan. Dengan modal tampang dan tubuh yang ideal serta uang pelicin maka pintu karir broadcast terbuka lebar. 
Memang tidak bisa dipungkiri dengan hanya ikut proses produksi sebuah program acara bisa menjadikan awal pintu karir. Sehingga jangan heran bila ada yang dulunya hanya bertugas sebagai pembuat kopi/teh untuk crew produksi, suatu saat bisa berubah menjadi seorang sutradara handal. Tetapi sesuatu akan lebih terstruktur dengan baik apabila sedari awal sudah terbentuk sebuah pemahaman tentang dunia penyiaran. Kita akan lebih bisa menatap masa depan dengan pandangan lebih luas. 
Mengutip pernyataan ketua Komisi Penyiaran Independen Daerah (KPID) Jatim, Fajar Arifianto, bahwasannya pendidikan broadcast/penyiaran mempunyai peran penting dalam melahirkan sdm yang bisa melahirkan program acara yang berbobot, mempunyai nilai edukasi dan bisa mencerminkan moral/etika masyarakat kita. Artinya sedari awal pemahaman tentang merancang sebuah tayangan tv atau film yang sesuai dengan etika/moral dan berestetika bisa dibentuk sejak mereka masih kuliah sehingga tidak hanya mengandalkan orientasi bisnis semata. Dan tentu saja menyadari bahwa dari tayangan yang disajikan tersebut bisa mempengaruhi dan merubah gaya hidup di masyarakat luas. 
Persaingan program acara antar stasiun tv hendaknya didasari oleh keinginan untuk memberikan stikma positif yang bersifat membangun, memotivasi dan mengajak kepada kondisi yang lebih baik. Bukan justru mengajak masyarakat kepada arah konsumerisme, pragmatis atau bahkan pesimis melihat kondisi bangsa.
Kondisi diatas mengharuskan lembaga pendidikan penyiaran berupaya menyusun sebuah kurikulum yang selalu konsisten kepada kaidah-kaidah dasar penyiaran dengan dibalut oleh pemahaman rasa kepedulian terhadap kondisi yang ada di masyarakat luas. Penguasaan skill broadcast yang didukung oleh tenaga pengajar yang kompeten dan berpangalaman sebagai praktisi broadcast, adalah syarat mutlak guna melahirkan broadcaster yang handal. Dengan demikian tahapan-tahapan pembelajaran sebagai sdm penyiaran bisa dilalui dengan sempurna. 
Dukungan peralatan dan kelengkapan praktikum yang memadai juga menjadi hal yang penting. Mengingat ilmu penyiaran mengharuskan banyak melakukan praktek di lapangan. Minimal sebuah lembaga pendidikan broadcast harus mempunyai studio mini untuk praktek multicamera, studio pemberitaan dengan didukung peralatan yang memadai standart broadcast. Materi pengajaran mengharuskan adanya pola 70% praktek, 30% teori. Sehingga dengan semakin banyak praktek akan menambah jam terbang. 
Dari sini memang lembaga pendidikan penyiaran yang sesuai adalah diploma atau sertifikasi setara diploma. Bahkan kini setingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) juga sudah membuka jurusan broadcast. Mengingat mengharuskan adanya kurikulum yang menekankan pada praktek langsung. Dalam hal ini lingkupnya sudah bukan sebuah kajian penyiaran seperti halnya ilmu komunikasi. Seperti yang kita ketahui ada beberapa pendidikan broadcast yang dirasa telah memenuhi syarat sebagai sebuah pendidikan dasar broadcast. Seperti halnya diklat TVRI Jakarta, ada juga lembaga pendidikan penyiaran Multi Media Training Center (MMTC) Jogjakarta. Di Surabaya kita kenal dengan Program Pendidikan Profesi Pertelevisian (P3TV) – FBS UNESA, Airlangga Broadcast Education (ABE). Pola yang dikembangkan lebih mengarah kepada penguasaan skill dan ilmu komunikasi terapan sehingga diharapkan bisa menghasilkan lulusan broadcaster yang siap pakai. 
Dengan demikian peluang untuk menjadi sdm tv masih sangat terbuka dan bukan menjadi milik golongan menengah saja. Keseriusan, kreatifitas yang tinggi dengan ditunjang peduli lingkungan akan membentuk sdm penyiaran yang profesional dan handal. Tinggal sekarang bagaimana membangun kepercayaan diri dan senantiasa berusaha keras untuk menjadi yang terbaik syarat mutlak untuk maju.
Bagaimana apakah dengan paparan info diatas Anda ingin mencoba berkarir di dunia penyiaran. Apakah Anda termasuk orang yang bangga bila namanya tercatat pada susunan kerabat kerja produksi sebuah program acara tv. Atau Anda ingin meneruskan sepak terjang Dedy Miswar, Hanung Bramantyo, Riri Reza dan sederet sutradara handal lainnya. So, bila ada minat jangan hanya jadi pengamat, mulailah dengan bergabung di lembaga pendidikan broadcast, dalami ilmunya, raih kesuksesan karir di masa datang!  

Senin, 17 November 2008

Foto Kegiatan Praktikum





DIBUKA PENDAFTARAN

Dibuka Pendaftaran 

Program Pendidikan 2 (dua) tahun

dengan konsentrasi studi:

1. Manajemen Pemberitaan Pertelevisian
Menyiapkan sdm-sdm profesional bidang pemberitaan pertelevisian guna mengisi posisi sebagai news reporter, news caster, news reader, news writer dan presenter tv.
2. Manajemen Produksi Pertelevisian
Mendidik sdm-sdm profesional guna mengisi posisi sebagai penulis skenario, pengarah acara, produser, tim kreatif acara dan penulis cerita 
3. Teknik Produksi Pertelevisian
Melatih sdm-sdm profesional yang siap mengisi peluang kerja sebagai kameraman/wati, penata cahaya, penata suara, master control, editor dan pengarah teknik

Info Pendaftaran:

031-7312375, 031-70073340, 031-70073340